Ilmu Laduni

Ilmu Laduni itu adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh seseorang dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu akan tetapi langsung menguasai sesuatu hal tersebut. Ada juga yang menafsirkan Ilmu Laduni itu sesuatu yang menyangkut batiniah  dan bukan merupakan dari hasil pemikiran. Ilmu Laduni itu langsung diterima dari Ilham, iluminasi atau inspirasi dari sisi Tuhan.

Dalam satu kegiatan sebuah tashawuf ada juga yang dikenal dengan tiga alat untuk berkomunikasi secara rohaniyah, yaitu Qalbu untuk mengenal sifat-sifat Tuhan, Ruh untuk mencintai Tuhan, dan Sirr untuk musyahadah yaitu menyaksikan keindahan, kebesaran, keagungan, dan kemuliaan Tuhan secara yakin.

Ktiga unsur diatas itu sebenarnya menyatu, dan kesatuan itu secara umum bisa disebut Qalbu. Jika Qalbu tersebut dikosongkan dari segala sesuatu yang buruk segala sesuatu penyakit hati, dan diisi dengan dzikrullah, hati kita insyaallah akan mencapai pengetahuan yang disebut ilmu Laduni.

Dalam Al Quran juga dituliskan beberapa ayat yang mengisyaratkan tentang Ilmu Laduni yang diturunkan Allah kepada Nabi dan Rasulnya..firman Allah swt dalam surat yusuf ayat 93 yang berbunyi “Nabi Yusuf as berkata kepada kakak-kakaknya, “pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakanlah dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku”.

Perintah Nabi Yusuf ini dilakukan berdasarkan Ilmu Laduni atau bisa disebut juga dengan Ilmu yang Allah berikan tanpa melalui proses belajar, bahwa ayahnya akan melihat kembali apabila bajunya diletakkan pada wajah ayahnya.

Dan Nabi Yaqub pun telah mengetahui tentang nabi Yusuf yang masih hidup melalui ilham dari Allah swt. Dan sementara anak-anak nabi Yaqub yang lainnya tidak mengetahui bahwa Nabi Yusuf masih hidup padahal mereka yang memasukkan Nabi Yusuf kedalam sumur. Dan Nabi Yaqub menjawab dalam surat Yusuf ayat 86 “Yaqub menjawab’sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku dan aku mengetahui dari apa yang kamu tiada mengetahuinya’”. “tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Yaqub, lalu kembalilah ia dapat melihat”.